Malam Geguritan, Membaca gurit karya Mas Poer Adhie Prawoto. Teater Arena Taman Budaya Jawa Tengah. Tulis Udyn Oepewe (Udin) Seorang Seniman yang tinggal di Solo tulis di FB-nya. Geguritan adalah karya sastra Jawa dalam bentuk Puisi dalam Bahasa Jawa. Di Sekolah Dasar (SD) sduah masuk bagian pelajaran di sekolah, terus melakukan pembinaan karakter siswa didik melalui pembelajaran geguritan. Pasalnya, geguritan merupakan salah satu bentuk karya sastra Jawa modern. Geguritan berkembang seiring dengan mekarnya kesusastraan Indonesia.
“Geguritan utawa puisi jawa yaiku salah sawijingin karya sastra kang wujudde tulisan ingkang dikhasilake saka ungkapan diri pembuat geguritan. Geguritan duweni bahasa kang endah lan memperhatike irama penulisan. Geguritan mestine gunaake bahasa jawa.”
Sden Sa Jago
Tentang Poer Adhie Prawoto
Malam Poer Adhie Prawoto, Maestro penyair sastra Jawa modern Poer Adhie Prawoto Meninggal 21 tahun (Tahun 2021) yang lalu karena kecelakaan. Komunitas Sastra Serat akan menggelar acara haul pada tgl 7 Februari pkl 19.00 WiB di Teater Arena Taman Budaya Surakarta.
Waskita Danardana, putra sulung sang penyair, kalang kabut mengumpulkan geguritan ayahnya. Maklum, Mas Poer belum menerbitkan buku puisi individual. Beruntung sejumlah puisi naratif yang menjadi trade mark Mas Poer bisa diketemukan. Misalnya: Juwariyah Kembang Palanyah, Penyair Bengi Iki Sliramu Nglilir, Kenya, Marto Bengkring lan Juwarikem, dan beberapa lagi, Tulis Sugeng Wiyadi di FB-nya.
Saya membayangkan, dlm acara itu Mas Poer seolah-olah hadir di tengah-tengah para sahabatnya. Ia mengejawantah melalui pembacaan puisi yg dilakukan dengan sangat menarik oleh Wijang Wharèk Al-Ma’uti, Meong Purwanto, Sosiawan Leak, Dek To Dedek Witranto, St. Wiyono, Hanindawan, Tito Setyo Budi, dll. Suasana akan kian semarak pada sesi dialog, manakala Halim HD bicara berapi-api.
Tulis Sugeng Wiyadi di FB-nya
Acara ini diselenggarakan oleh Komunitas Sastra Serat dengan Tajuk Malam Gegurita “Pengetan Haul 21 Poer Adhie Prawoto” di dukung oleh berbagai pihak.
Saya juga pernah nyantrik kepada Pak Poer terkait bab nggurit Mas. Pernah beberapa kali saya nginep di rumah beliau. Setiap pulang pasti diberi sangu. Saya juga diberi beberapa bukunya. Alhamdulillah masih saya simpan dengan baik. Mugi pinaringan husnul khatimah Pak Poer, Alfatehah.
Tulis Yan Tohari di Komentar FB.